Selasa, 02 November 2010

MERAPIII mountain ?

LETAK dan KETINGGIAN MERAPI

gunung merapi 



                    Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
                     Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

 

  • PIHAK YANG WEWENANG : Sri Sultan Hamengku Buwono X


Ia raja yang dikenal dekat dengan rakyatnya. Menurutnya, keberpihakan pada rakyat itu harus dilakukan sebagai suatu panggilan. Raja yang demokrat ini berperan penting dalam bergulirnya reformasi dengan deklarasi Ciganjur bersama Gus Dur, Megawati dan Amien Rais. Namun, ia kini gelisah melihat petinggi negeri ini yang tidak bersikap kesatria mau mengakui kesalahan jika memang bersalah. Priyai agung yang merakyat ini menjadi salah seorang kandidat Presiden pada Pemilu 2004.
Lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946. Setelah dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram. Lulusan Fakultas Hukum UGM ini dinobatkan sebagai raja di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921) mengantikan ayahnya, Sri Sultan HB IX yang meninggal di Amerika, Oktober 1988. Kemudian menjabat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak 3 Oktober 1998.
Aktif dalam berbagai organisasi yaitu ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.
Nama:
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Nama Asli:
Bandoro Raden Mas (BRM) Herdjuno Darpito
Lahir:
Yogyakarta, 2 Maret 1946
Agama:
Islam
Ayah:
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Istri:
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas
Anak:
1. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurmalita Sari
2. Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurma Gupita
3. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurkamnari Dewi
4. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurabra Juwita
5. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni
Pendidikan:
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Pekerjaan:
- Anggota MPR sejak Tahun 1992
- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak 3 Oktober 1998 – Sekarang
- Sri Sultan Hamengku Buwono X, dinobatkan 7 Maret 1989
Karya Ilmiah:
- Kerangka Konsepsi Politik Indonesia (1989)
- Bercermin Di Kalbu Rakyat (1999)


  • JURU KUNCI MERAPI :  Mbah Maridjan 
Mbah Maridjan (nama asli: Mas Penewu Suraksohargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927) adalah seorang juru kunci Gunung Api Merapi dan merupakan jabatan sebagai Abdi Dalem Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sosok renta penjaga Gunung Merapi, Mbah Maridjan ini tak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta (bahkan di Indonesia). Dialah yang selama ini menjadi acuan dari sisi mistis dan empiris tentang gunung tersebut. Apalagi pada masa-masa gunung Merapi mengalami masa kritis, dia menjadi jujugan warga sekitar maupun orang luar yang ingin mengetahui Merapi dari sisi lain.

Mengingat keterbatasan pengetahuan saya, di sini saya hanya ingin menunjukkan salah satu fenomena sosok Mbah Maridjan dalam hal kepemimpinannya (leadership).
Menurut saya, dia adalah sosok juru kunci yang memiliki loyalitas kepada perintah Sultan (Keraton), namun dia juga bukan sosok yang ABS.
Semisal, ketika Merapi sudah mulai melelehkan lava terus-menerus, dia tetap "membandel" tidak mau mengungsi, karena dia punya keyakinan sendiri dan sebagai abdi dalem wajib hukumnya untuk tetap menunggu Merapi.
Namun ketika mendengar kabar bahwa Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat terdekat puncak harus segera mengungsi diapun tidak membantah. Padahal sebelumnya dia bersikukuh akan tetap berada di sana sampai benar-benar ada ''pertanda''.

''Saya ini hanya kesed (pembersih kaki, atau bawahan-Red), kalau Ngarsa Dalem sudah berkata begitu ya saya manut, kalau tidak nanti warga tidak mau mengungsi,'' tegasnya.

Tapi apa yang sesungguhnya terjadi? kata-kata itu sebenarnya hanya supaya masyarakat mau mengungsi, menuruti kata pemerintah (Sultan sebagai Gubernur). Padahal, ternyata dia tetap di sana.
.
"Itu penting banget, kalau tidak ada juru kunci para pendaki tidak akan mendapat informasi tentang gunung yang didaki. Kuncen biasanya memberi tahu apa yang dilarang, jalur pendakian, penyelamatan dan lain-lain," kata mantan mahasiswa pencinta alam, Sandi M, yang saat ini menjadi relawan PMI Kabupaten Sleman, saat berbincang dengan detikcom, di posko utama penanggulangan bencana  Merapi di Pakem,
Jalan Kaliuran, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).

Menurutnya, Mbah Maridjan bertugas menjaga gunung dengan cara menerawang dari pengalaman atau 'ilmu titen', dan menggabungkannya dengan firasatnya yang telah terlatih sebagai warga Merapi sejak kecil.

"Kuncen itukan orang yang sejak kecil sudah hidup di lingkungan Gunung Merapi. Jadi, Mbah Maridjan, simbah sudah titen (hafal) soal gejala gunung Merapi," ujar warga Sleman ini.

Selain memberi petunjuk bagi para pendaki yang ingin mendaki puncak Merapi, tugas Mbah Maridjan yang paling utama adalah memberi informasi kepada penduduk sekitar bila ada aktifitas Merapi yang dirasa membahayakan.

"Kuncen itu selain menjaga gunung juga menjaga masyarakat dilingkungan. Jangan sampai menjadi korban saat Merapi ngamuk. Karena kuncen itu sudah titen betul dengan melihat tanda-tanda yang ada," kata Sandi.

Kuncen yang merupakan anggota abdi dalem, diangkat langsung kraton Ngayogjokarto Hadiningrat untuk mengemban misi berat tersebut. Mbah Maridjan sendiri diangkat menjadi kuncen oleh Sri Sultan HB IX saat itu.

"Sebagai abdi dalem, Mbah juga pasti melayani keluarga kraton bila ingin melakukan ritual di Merapi. Itu tugas lainnya dari juru kunci," kata Sandi.

SYARAT MENJADI JURU KUNCI 

Yogyakarta: Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan bahwa tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi bukan hanya didasarkan
pada sebuah keyakinan, namun juga logika.
“Juru kunci seharusnya adalah sosok yang bisa menyeimbangkan antara hati dan kepala, bukan hanya seseorang yang mendasarkan pada keyakinan semata,” kata Surono di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, logika berpikir realistis harus menjadi salah satu syarat bagi juru kunci Gunung Merapi, mengingat adanya sebuah contoh yang memilukan pascaletusan 26 Oktober.
“Juru kunci adalah sosok yang harus nurut dengan orang yang mengangkatnya,” katanya.
Juru kunci Gunung Merapi adalah abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sehingga diangkat secara langsung oleh raja.
Pada letusan Selasa (26/10), tragedi memilukan terjadi karena salah satu korbannya adalah juru kunci Mbah Maridjan yang telah mengabdikan sebagian umurnya untuk menjaga gunung tersebut.
Sosok yang telah cukup lekat sebagai orang yang mendapatkan tugas untuk menunggu Gunung Merapi tersebut ditemukan meninggal dunia dalam posisi sujud di rumahnya, satu hari pasca letusan.
Dusun tempat tinggalnya, yaitu Kinahrejo juga hancur diterpa awan panas yang berdurasi cukup lama, bahkan dua luncuran awan panas tersebut masing-masing berdurasi sekitar 30 menit.
Sri Sultan Hamengku Buwono X belum berpikir untuk menentukan pengganti Mbah Maridjan karena masih fokus menangani pengungsi Merapi.
Ia mengatakan, penggantian juru kunci Gunung Merapi tersebut adalah urusan internal keraton, apalagi upacara ritual di Gunung Merapi masih akan diselenggarakan tahun depan.
PVMBG menyebut bahwa energi yang dimiliki oleh Merapi tersebut tiga kali lebih besar dibanding energi tiga erupsi sebelumnya, yaitu pada 1997, 2001 dan 2006.

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI 
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Semburan Gunung Merapi diperkirakan belum akan berhenti. Berdasarkan hasil pantauan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menggunakan alat dan analisis visual, aktivitas Merapi masih tinggi.

"Kini Merapi berstatus 'awas' karena masih terjadi gempa dan awan panas," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Sri Sumarti.

Balai pemantau gunung itu hingga kemarin masih terus mencatat gempa dan deformasi (penggembungan) tubuh dari lokasi-lokasi yang aman dari amukan wedhus gembel atau awan panas. Mereka juga melarang masyarakat mendekat ke area yang berjarak 10 kilometer dari puncak Merapi. Daerah tersebut ditetapkan sebagai area rawan bencana III. Yang masuk dalam daerah ini adalah hulu sungai di sekitar Merapi sektor selatan, tenggara, dan barat daya. Sungai-sungai yang dimaksudkan adalah Kali Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng, Krasak, dan Bedog.

Menurut Sri Sumarti, bila aktivitas Merapi sudah menurun, statusnya akan diturunkan menjadi siaga atau turun lagi menjadi normal.

Letusan Merapi terjadi mulai 26 Oktober hingga 30 Oktober lalu. Sudah 11 juta meter kubik bahan vulkanik--pasir, batu, dan debu--dimuntahkan dari perut Merapi. Sebagian besar material gunung di perbatasan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu mengarah ke Kali Gendol di Cangkringan, Sleman.

"(Material itu) masih akan bertambah jumlahnya karena terus terjadi luncuran awan panas dan material vulkanik," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R. Sukhyar, di Yogyakarta kemarin. Tapi ia meminta masyarakat tak khawatir. Kali Gendol, katanya, bisa menampung 18 juta meter kubik material. Kali Opak, yang dekat dengan Kali Gendol, punya daya tampung 8 juta meter kubik.

Guyuran abu vulkanik yang sampai ke Yogyakarta itu sempat membuat warganya cemas. Banyak orang khawatir kondisi udara Kota Gudeg itu bakal membahayakan. Orang pun berebut membeli masker sampai apotek-apotek di sana kekurangan pasokan.

Kecemasan itu ditepis Badan Lingkungan Hidup. Menurut badan ini, kualitas air dan udara Yogyakarta masih aman. Kepala Badan Lingkungan Suyana mengatakan, untuk kualitas air terbuka di alam, kandungan abu sulfatnya (SO2) sekitar 50 miligram per liter, dan air tertutup 30 miligram per liter. Padahal ambang batasnya 400 miligram per liter. "Jadi, masih aman," ucapnya.

Kualitas udara juga dicek di beberapa titik, seperti di Perempatan Pingit, Kelurahan Bener, Perempatan Wirobrajan, Kantor Pos Besar, Parkir Abu Bakar Ali, Pojok Beteng Kulon, dan Perempatan Tungkak. Hasilnya, kandungan sulfat tertinggi 0,12 ppm (satu per sejuta). Angka itu masih di bawah ambang batas 0,34 ppm.

Wali Kota Yogya Herry Zudianto kemarin mengedarkan surat jaminan bahwa Yogya layak wisata kepada seluruh biro perjalanan wisata di sana. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, juga menegaskan bahwa daerah rawan bencana hanya pada radius 10 kilometer. Sedangkan jarak Yogyakarta dengan Merapi 30 kilometer.


DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF 
>> dampak positf : meningkatkan kesuburan tanah.
>> dampak negatif : merusak lingkungan dan sekitarnya.